Malam ini,
kurapalkan doa-doa yang kuyakini tidak akan dijabah Tuhan. Aku sakit hati, aku
marah, aku benci dengan keadaan ini beserta manusia-manusia yang terlibat di
dalamnya. Kenapa Tuhan memberiku cobaan hati yang seperti ini terus-menerus.
Jujur aku bosan, tidakkah bisa aku menangisi hal lain yang lebih pantas
kutangisi dari pada hal bodoh ini?
Batinku
berperang dahsyat dengan kenyataan. Aku ingin menyudahi saja drama ini. Aku
bosan menjadi pemeran tertindas yang hanya memiliki sedikit waktu untuk
membalas dendam. Aku bosan berpura-pura baik-baik saja, aku ingin melepas
topeng kemunafikan ini. Aku ingin terang-terangan membenci orang yang dari dulu
kubenci; aku ingin berontak ketika hal yang tidak kuinginkan terjadi tepat di
depan mataku; aku ingin memberikan apa saja kepada orang yang kusayangi.
Tapi
aku tidak bisa sepenuhnya memenuhi hasratku untuk menjadi “liar”
tanpa topeng itu. Aku masih butuh membohongi keadaan, karena tidak ada yang
benar-benar tulus untuk membalas apa yang sudah kulakukan.
Aku
ingin bicara pada Tuhan, aku ingin Tuhan menenangkanku dengan tangan-Nya
sendiri. Aku muak dengan orang-orang yang mengulurkan tangannya padaku kemudian
tangan itu yang melukaiku, menghancurkan organ-organ semangatku.
Aku
menulis ini ketika seseorang menyakiti perasaanku tanpa iasadari. Sebenarnya
aku ingin menyikapi ini dengan biasa saja, dengan topengku. Tapi sudah kelewat
batas, dan sebagus apapun topeng yang kukenakan, aku tetaplah manusia biasa
yang hanya bisa bersabar dan menunggu waktu yang memutar semuanya.
Kuharap
Tuhan membaca tulisanku ini dan senantiasa menguatkan hatiku.
Ruang tamu,
10 Mei 2016
19.27 PM.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar